Pertunjukan Rutin Wayang Golek di Kraton Kasultanan
Yogyakarta
Kraton Kasultanan Yogyakarta yang
telah berdiri sejak 1756 atau lebih dari dua setengah abad yang lalu kini
menjadi magnet bagi wisatawan, baik dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.
Tapi apakah yang mereka nikmati di Kraton ??? Koleksi bersejarahnya? Arsitektur
bangunannya? Atau, adakah daya tarik lainnya???
Sejak masa Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, Kraton Yogyakarta dibuka untuk umum. Prinsip “Tahta Untuk Rakyat” yang menjadi jiwa kepemimpinan raja Jawa benar-benar
dijunjung tinggi oleh Sultan IX. Salah satu buktinya adalah pembukaan Kraton
untuk ruang kuliah UGM dan penerimaan rombongan anak sekolah, karyawan dan
pegawai perusahaan yang ingin berkunjung ke Kraton. Inilah CIKAL BAKAL Kraton
sebagai salah satu tujuan wisata di Yogyakarta. Lambat laun seiring
berkembangnya industri pariwisata nasional, Kraton pun mulai berkembang, selain
mempertahankan adat istiadat dan budaya. Separuh bagian Kraton diantaranya
bagian Kedhaton dan Ksatriyan dibuka untuk umum dan bahkan ada beberapa
penambahan bangunan guna menyimpan sekaligus memamerkan koleksi bersejarah
Kraton Yogyakarta. Perawatan bangunan pun giat dilakukan apalagi bangunan atau
bagian yang selalu dilihat oleh wisatawan. Bahkan ada satu kesatuan yang khusus
menangani dan mengurus bagian Pariwisata yaitu Tepas Pariwisata. Selain
berbagai perkembangan lain seperti guide, pengaturan parkir kendaraan dll.
Namun ada satu perkembangan yang sering terlewatkan, yaitu alih fungsi
penggunaan dari Bangsal Srimanganti yang tadinya berfungsi untuk tempat tamu
menunggu Sultan, menjadi tempat yang menghadirkan pertunjukan kebudayaan setiap
hari. Pertunjukan kebudayaan ini dilaksanakan di Bangsal Srimanganti setiap
hari untuk memberikan suguhan pada wisatawan yang berkunjung ke Kraton
Yogyakarta. Pertunjukan Wayang Kulit, Wayang Golek, Karawitan, bahkan Tari
Klasik Gaya Yogyakarta ditampilkan di bangsal ini dengan jadwal tertentu.
Pertunjukan kebudayaan ini sangat bagus untuk membuat wisatawan lebih lama di
Kraton misalnya, kunjungan ke Kraton dalam rencana awal hanya maksimal 1 jam,
namun karena ada pertunjukan tersebut wisatawan menjadi ingin menikmati
pertunjukan hingga akhir selama 2 jam, itu baru pertunjukannya saja, belum
termasuk keliling kompleks Kraton untuk melihat koleksi bersejarahnya.
Pertunjukan Wayang Golek sendiri
dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 10 hingga pukul 12 siang. Cerita dalam setiap pertunjukan wayang golek
diambil dari Babad Mekah atau Babad Menak yang berasal dari Jazirah Arab yang
mengisahkan perjuangan dakwah Islam dalam penyebaran agamanya. Dalam cerita
wayang golek, tokoh utamanya adalah Tiyang Agung Jayengrana. Dalam pertunjukan
yang dilakukan di Bangsal Srimanganti, Kraton Yogyakarta tentu saja gaya wayang
golek adalah gaya Yogyakarta bukan Pasundan seperti Wayang Golek Pasundan yang
sangat populer yaitu Cepot dengan dalang Ki Asep Sunandar. Wayang Golek gaya
Yogyakarta ini tentu saja menggunakan bahasa, nama tokoh, model
penyampaian/alur, dan iringan gaya Yogyakarta, yang memiliki berbagai perbedaan
dengan gaya yang lain. Wayang golek ini dipentaskan di Kraton Yogyakarta
sebagai salah satu pengisi pertunjukan di bangsal Sri Manganti sebagai salah
satu bentuk keragaman pertunjukan seni kebudayaan yang dimiliki Kraton
Yogyakarta selain yang telah dikenal luas seperti wayang kulit, tari klasik dan
karawitan. Ini menjadi salah satu indikator pula bahwa Yogyakarta juga memiliki
Wayang Golek yang berbeda dari wayang golek Pasundan yang sangat populer.
Pada saat penulis menonton Wayang
Golek di Bangsal Srimanganti, lakon yang diceritakan menurut penuturan salah
satu abdi dalem (orang yang mngabdi/bekerja di Kraton untuk Ngarsa Dalem/Sultan) yang mengikuti
cerita sejak awal adalah Lakon “Gada Prunggusari”, beliau menuturkan bahwa Gada
Prunggusari adalah salah satu gaman atau
senjata yang digunakan untuk menghadapi perlawanan saat penyebaran agama Islam
di Jazirah Arab. Dalam hal ini penulis memang sengaja bertanya pada abdi dalem,
untuk benar-benar memahami tentang lakon wayang tersebut, karena apabila kita
menonton wayang namun belum terbiasa, belum mengerti dasar – dasar penceritaan
wayang seperti asal kitab dan tidak fokus memperhatikan setiap percakapan atau
narasi yang menggunakan Bahasa Jawa khas pewayangan yang biasanya juga dihiasi
dengan bahasa – bahasa indah, kita tidak akan mampu memahami secara sempurna
cerita tersebut. Pemahaman dalam menonton sangatlah penting karena pada
hakekatnya wayang adalah salah satu media penyampaian ajaran kehidupan kepada
manusia baik dalam beragama maupun bermasyarakat.
Pertunjukan wayang golek ini selalu
menarik perhatian dari wisatawan baik lokal maupun mancanegara, sayangnya
wisatawan mancanegara yang sangat tertarik dengan pertunjukan wayang golek ini
tidak dapat mengerti cerita wayang golek ini, bahkan penulis pun memerlukan
waktu dan informasi dari abdi dalem untuk memahami ceritanya, apalagi wisatawan
asing??? Oleh karena itu mungkin perlu adanya guide khusus untuk menceritakan
tentang pertunjukan wayang golek ini atau paling tidak, guide Kraton yang sudah
ada harus paham betul mengenai pertunjukan wayang golek ini termasuk cerita dan
filosofi serta ajarannya agar dapat disampaikan pada wisatawan, sehingga
wisatawan tidak hany sekedar mengabadikannya dalam bentuk foto, namun juga akan
mengabadikannya dalam memori ingatan dan bahkan perilaku karena ia mengetahui
ajaran filosofis dari pertunjukan wayang golek yang ia saksikan dan kemudian
melakukannya.
Dengan hanya membayar tiket masuk
Kraton sebesar 5rb untuk wisatawan domestik dan 12.500 untuk wisatawan asing,
kita dapat menikmati pertunjukan Wayang Golek yang masih terus diselenggarakan
oleh pihak kraton dengan dalang, pemain gamelan dan sinden abdi dalem Kraton
Yogyakarta setiap hari Rabu pukul 10.00 hingga 12.00 ini.
Jadi, sudah bertambahlah ilmu dan
pengetahuan kita tentang daya tarik wisata di Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Pertunjukan Wayang Golek di Bangsal Srimanganti | Foto : Dokumentasi Penulis |
Salah satu adegan dalam Pertunjukan Wayang Golek | Foro : Dokumentasi Penulis |
Salah satu adegan perang | Foto : Dokumentasi Penulis |
Dhalang, Nyawa Sang Wayang | Foto : Dokumentasi Penulis |
Tokoh - yokoh dalam Wayang Golek Gaya Yogyakarta | Foto : Dokumentasi Penulis |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar